Oktober 16, 2010

Teologi Pembebasan: Aplikasinya Dalam The Grapes of Wrath

Posted in Agama Pembebas, Anarkisme, Marxist Abis pada 8:56 am oleh kusumahk

Beberapa mahasiswa di Kampus Unitomo Surabaya terutama yang menyangkut dengan dunia sastra tertarik untuk mencoba melihat kemungkinan penggunaan kajian Teologi Pembebasan.  Hal ini terutama menyangkut dengan temen2 UKM di kampus seperti Unit Kegiatan Mahasiswa Katholik, atau Sahabat Pustaka, sebuah UKM penalaran. Beberapa teman yang menggagas Teologi pembebasan  di kampus misalkan Joseph Sukardi, M. Yasin dst.  Di beberapa kesempatan dengan anak2 Katholik, misale di markas UKMK jalan kaliwaron, saya berdiskusi cukup hangat dgn anak2 muda ini.  Kebetulan sekali juga  bahwa M Yasin adalah mahasiswa studi pembangunan, yang agak jenuh juga bahwa kelasnya dipenuhi paham strukturalisme  ekonomi berparadigma pembangunan yang dianggapnya terlalu mengandung bias kapitalisme. Kesulitan2 ekonomi barat yang berorientasi pada kemajuan prestasi sering mengorbankan ekologis dan kebersamaan.

Teologi pembebasan sebagaimana yang ditulis oleh Phillip Berryman adalah ,” An interpretation of Chsitian faith out of the experience of the poor.” (1987:4). Lebih lanjut ia berkata, bahwa (teologi pembebasan ) is an attempt to read the Bible and key Christian doctrines with the eyes of the poor. Menyadari bahwa kemiskinan merupakan keniscayaan yang bisa diubah, para pendukungnya berkata bahwa masyarakat miskin bukan tercipta oleh kultur yang memuji kemiskinan, tapi kemiskinan terjadi karena pemiskinan tersistematis ( People do not simply happen to be poor; their poverty is largely product of the way society is organized). Dengan contoh tegas Romo Phillip Berryman menyebutkan yaitu ” teologi ini mengeritik struktur ekonomi yang membuat sekelompok orang bisa ke Miami atau London dengan jet untuk belanja, sementara di banyak tempat orang kekurangan air. Intinya , yang kaya makin kaya, yang miskin makinm miskin .

Nahh, beberapa mahasiswa sastra yang tidak terbiasa dengan nalar ilmu sosiologi, ekonomi marxis, tetapi mendapat kuliah filsafat dan Pemikiran Modern. Di situ saya jelaskan  peranan Marx dalam konteks zaman tertentu, dan nilainya bagi kelas proletar. Di satu sisi pengetahuan teologis manusia terus berkembang. Dialektika idealisme teologisme tidak melulu reaksioner. Bacaan ulang tentang misi para resi dan nabi dibaca ulang. Muhammad dibaca sebagai penentang kelas keluarga kleptomania Abu Sufyan dan Abu jahal,  Yesus, seorang anarkis sosialis melawan otoritas dsb!

Mahasiswa sastra yang tahun lalu membaca The Grapes of Wrath bisa menggunakan gagasan teologi pembebasan ini dengan menganalisa  melalui tokoh Pendeta Jim  Casy. Dengan model pembacaan flashback bisa diketahui karakternya, bahwa di masa lalu Jim  Casy merasa bersalah dengan model pembacaan atas pesan Krsiten, yang digambarkannya tidak menyentuh hidup otentik. Ia ingin hidup mengalami sebagaimana petani. Dialektika perenungan imannya membawa kesadaran baru bahwa kesucian ada di ikatan kebersamaan, dan hidup bersama manusia itulah kesucian hidup.

Tulisan ini untuk teman-temanku Yang Kurindukan Ide-ide Cemerlangnya:

 

 

 

Juli 26, 2010

Belum Saja Satpol Dipersenjatai Pistol Tajam Saat Bertugas; Di Monas Sudah Dipakai Pistol Yang Lain Yang Enak

Posted in Anarkisme, Lingkungan dan Pembangunan pada 4:38 am oleh kusumahk

Pemerintah borjuasi yang melayani kelas pemodal saat ini makin menunjukkan rasa arogansinya terhadap rakyatnya dengan menyediakan dana pembelian senjata api bagi aparatusnya,yaitu Satpol PP, demi apa yang pemerintah maksudkan yaitu melindungi dan menegakkan hukum.  Tindakan penentangan langsung pemerintah berhadapan dengan rakyat bawah yang paling sering melanggar hukum ini (karena akses rakyat proletar terhadap kepatuhan hukum  dianggap rendah oleh pemerintah borjuasi , tanpa memahamai sebab – ketidakpatuhan rakyat terhadap hukum, seperti ruwetnya birokrasi mengurus KSK, pengurusan tanah, SIM yang mencekik leher,akses surat nikah yang mahal dll)  menunjukkan pemerintah dengan mempersenjatai Satpol PP siap berhadapan dengan rakyat kecil. Kecongkakan pemerintah dalam mengatasi masalah tanah dengan mengrim Satpol PP ke Sedang Bedagai, Tapanuli Tengah (kasus sebuah Pembangkit Listrik) dan terutama peristiwa Priok menunjukkan bagaimana sikap pemrintah borjuassi yang berkedok atas nama kepatuhan hukum tertulis. Peristiwa Priok meyakinkan pemerintah borjuasi bahwa tewasnya 3 bangkai Satpol PP karena melawan massa tidak akan terjadi lagi, tapi kalaupun ada korban maka seharusnya pada massa yang dianggap membangkang, lalu seprti biasa akan muncul exskuse bahwa itu karena ulah pembangkang yang terprovaksi dan destruktif.  Massa proletar tahu bahwa hukum tertulis adalah rubah (seperti kata James Scott, dalam perlawanan kaum tani).

Yang menunjukkan rasa ketidakpunyaan kemaluan pemerintah beoliberal dan neoliberal  ini adalah pemerintah minta penyediaan senjata apai Satpol PP dari dana APBN yang jelas diperoleh dari pajak yang dibayar oleh kaum  kecil dalam membayar pajak odol, sabun, tol, PBB, STNK,. dll. Rakyat kecil yang bekerja sebgai PKL, yang merupakan korban utama Satpol PP disuruh membiayai pajak, yang uangnya dipakai untuk menembak mereka. Gila !!!

Santai dulu Bung, jika akhirnya usulan penyediaan pistol Satpol PP ditolak, setidaknya dua anggota Satpol PP Jakarta  Cipto Ariyanto (26) dan Suharyanto (37) merupakan pegawai honorer di Pemprov DKI telah memakai  pistol juga, tapi tidak ke jantung rakyat kecil, tapi mulut seorang gadis 16 tahun, karena gadis ini melawan hukum pemerintah borjuasi. Setidaknya peluru pistol Mas Cipto  dan Suharyanto  Satpol  PP ini, pemakan APBN agung ini, tidak bikin mati seprti penjual pentol yang anaknya mati di Delta Plaza Surabaya, tapi keluar cairan putih orgasme nikmat ya Mas Cipto Ariyanto, dan Suharyanto?? (sumber http://metro.vivanews.com/news/read/165196-paksa-layani-seks–satpol-pp-monas-dibekuk )

April 15, 2010

Arogansi Produk Feodal Borjuis Di Priok

Posted in Agama Pembebas, Anarkisme, Lingkungan dan Pembangunan, Uncategorized pada 1:00 am oleh kusumahk

        Arogansi Wagub DKI Prijanto dalam menertibkan, dan menjaga “keamanan” berbuah  anyir darah. Keberanian (baca: kepongahan) orang2 birokrat yang melayani borjuasi (dan ia sendiri bagian kelas pemodal).  Denagn keyakinan ,percaya diri yang overconfidence, ia dengan cara brutal mengusir mereka2 yang dianggapnya menentang hukum. prijanto telah menjadi otoritas dan ia menikmati peran itu. Sekarang fenomena yang semakin menajdi-jadi adalah pemerintah dengan UU yang ia bikin sendiri, diamini sendiri punya alat untuk memberangus rakyat yang dianggap melanggar UU, dan sekali lagi yang paling parah kena adalah kaum marjinal (entah itu keyakinan, akses daerah, kemiskinan, dll). Hukum positif sendiri , yang berarti kepastian hukum menurut James Scott dalam “Perlawanan Kaum Tani” adalah rubah yang siap melahap kawanan domba.

       Arogansi Prijanto menjadi-jadi ketika di televisi, ia menyatakan bahwa tanah itu milik negara, yang sewaktu waktu bisa diambil.  Gila! bukankah makam seorang tokoh masyarakat biasanya dikelilingi  oleh umatnya. Dengan demikian maka kalau dianggap Tempat Pemakaman Umum, berarti salah alamat. Hal ini karena kebajikan sang pemilik lahan yang memberi sebagian tanahnya untuk warga lain yang dimakamkan di sekelilingnya.

       Arogansi Prijanto yang lain, ketika ia menegaskan berkali-kali bahwa pemerintah telah memindahkan kerangka mereka yang meninggal di TPU Semper. Coba kalau ia berani ngomong di Jawa Timur (Surabaya , makam Sunan Bungkul) dipindah ke TPU Ngagel, atau melihat kesombongan Prijanto, bahkan makam Sunan Ampel bisa digusur diganti Pasar Atum IV, jelas ia dihujat warga Nahdiyin, dan diglangsih seperti tahun 1965!  (sangat bersyukur di Jatim ,gubernur Jatim atau wakilnya sangat memahami hal ini!)

          Kalau ia tinggal di Roma, ia bsa dengan sombong mengubah Basilika St Petrus ke Wembley, untuk dijadikan markas AS Roma,atau persis seperti kelakuan Wahabi2 yang ingin meledakkan   makam Rasul Al Musthofa  SAW, dan mengganti dengan kandang unta!     

         Di Surabaya, yang menjadi warning adalah kepemilikan surat hijau. Atas nama hukum positif , pemerintah bisa mengambil alih jika digunakan  untuk “kemaslahatan umum”. Daerah Pasar Kembang , bisa digusur atas nama pembangunan menjadi TPA.  Daerah Ngagel bisa diganti menjadi Mall, dan Pacar Keling bisa diubah menjadi Lapangan Bola Kelas Internasional, bahkan daerah Perak bersurat hijau bisa diubah stasiun peti kemas melebihi Priok sebagai proyek ambisius Gubernur Anu!

        Intinya pemerintah semakin arogan dengan mengutamakan apa yang disebut ssebagai penegakan produk hukum. Padahal produk hukum dibuat sepihak, ditafsirkan secara borjuis dan kelas penguasa, akhirnya sekali lagi maling helm dibakar , maling pajak digendong-gendong!

Desember 10, 2009

Anarkisme Sebagai Alat Lawan Legal Formal (Kasus Prita VS RS OMNI)

Posted in Anarkisme, Lingkungan dan Pembangunan, Marxist Abis pada 11:07 am oleh kusumahk

   Kita hari- hari ini disuguhi adegan penegakan keadilan yang digelar oleh pengadil tanah air yang gemuk dengan anggaran APBN itu. Yang terbaru adalah kasus ibu Prita melawan RS OMNI International , sebuah rumah sakit indah bertaraf internasional. Pelayanan buruk dan semakin teruknya sakit yang disampaikan di dunia maya, berakibat pencemaran nama baik. Prita sang pencemar nama baik harus siap digelandang oleh sang” korban” ke pengadilan. “Korban (rumah sakit OMNI)” berhasil mendapatkan keadilan, yaitu “sang pemftnah” (lihat saya, Ahmed Shahi Kusuma  beri tanda kutip) yaitu Ibu Prita bersalah karena tiada bukti kesalahan pada pihak RS OMNI. Hidup pengadilan , Hidup Penegakan Hukum….

   Begitulah hukum pun ditegakkan!!! Prita harus membayar denda, nama baik RS OMNI tercemar, tapi RS OMNI ‘baik hati” (padahal setan!!!) tidak minta 300 miliar tapi cukup 200 juta rupiah saja.Betapa “dermawan” dan “baik hatinya”RS OMNI (persis baik hatinya penjajah Belanda dengan politik etisnya kepada kita).

      Dan itulah keadilan dengan hasil  produk legal formal kapitalismenya ygang mementingkan kelas pemodal untuk menjerat yang tertindas. LEGAL FORMAL PRODUK KAPITALIS BORJUIS dengan alat2 penghadilan yang makin jauh dari kecintaan pada substansi masalah, dan sekali lagi blaming the victims!!!

      Rakyat kita sudah pintar. Saya kagum dengan ide pintar siapa yang mengumpulkan recehan untuk dikumpulkan bagi si penegak hukum. Syukur2 untuk  membayar pengacara OMNI (Omongan NIhil)… RS OMNI pikir kita bodoh , gampang diancam, dan tidak bisa melawan; tidak dengan menyewa pengacara, tapi dengan alat baru ANARKISME!!!

      Anarkisme mengajarkan bahwa rakyat sudah pinter, sudah bisa mengurus dirinya, gak butuh terlalu banyak campur tangan negara, perangkat hukum dan keadilannya yang busuk itu untuk mengatur rakyat!!! Anarkisme melawan dengan kekuatan yang ada pada institusi rakyat sendiri. Anarkisme di sini dibuktikan oleh rakyat kita dengan mengumpulkan unag. Keadilan anarkisme tidak harus melalui rekening  pengacara, tapi bisa digalang lewat recehan….

    Selanjutnya langkah2 anrkisme lainnya yang bisa kita lakukan adalah dengan ” BOIKOT RS OMNI- OMongan  Nihil”   itu………Perkuat lembaga2 monitor konsumen.

   Dan langkah2 OMNI semakin tidak terarah saja. Kalau humas OMNI pintar, pasti bikin acara , atau iklan pasien2 terbeli yang puas dengan pelayaan OMNI……sambil dengan sumpah DEMI ALLah persis kelakukan buaya2 penghabis    APBN itu..

    Galang Rambu Anarkisme, sekarang juga!!!!

Oktober 27, 2009

Enaknya Anarkisme Atau Marxisme Ya?

Posted in Anarkisme, Lingkungan dan Pembangunan, Marxist Abis pada 4:08 am oleh kusumahk

               

                  Almarhumah  Rachel Corie, aktifis anarkisme

 Di negara kita dua kata ini selalu bermakna negatif. Sering dianggap yang satu melengkapi yang lain. Kalau  seorang berideologi marxist lalu dihubungkan dengan tindakan anarkis . Juga Anarkisme sering dihubungkan dengan pendukung Persebaya yang bonek dan bakar- bakar serta menjarah sana sini. Padahal jelas anarkisme tidak berhubungan dengan hal itu.

    Ahmed Shahi Kusuma perlu menekankan lagi bahwa anarkisme adalah sebuah paham filsafat politik yang menekankan bahwa pemerintah dan aparatus ke bawahnya dan segala tetek bengek insitusinya tidak perlu lagi. Mengapa? bagi kaum anarkis  ada beberapa penjelasan:

       1. Manusia dengan semakin  bertambahnya peradaban maka alur pikirannya semakin dewasa, sehingga tidak diperlukan lagi alat pengawas atas kegiatan masyarakat.

       2. Pemerintah adalah perpanjangan tangan feodalisme penghisap rakyat dengan segala mitos  yang menggunakan wewenang atas nama rakyat.Pemilu dan penarikan pajak yang gak ada sangkutnya dengan PKL, pelacur jalanan, rumah di pinggir DKA dan sebagainya.

     Nah,sebagai konsekuensinya rakyat emoh lagi pada institusi bentukan negara. Pada masa penjajahan Belanda, rakyat kita membuat institusi2 semacam LSM untuk menentang Belanda, misalnya jaringan pesantren, dan apa yang penjajah sebut sebagai sekolah liar (Taman Siswa dan Muhammadiyah, meskipun Muhammadiyah akhirnya menyerah!).Jadi sokoguru pendidikan kita seperti KI Hajar Dewantoro adalah pendukung anarkisme! (ingat ia bahkan penerjemah lagu kiri Internationale dalam Bahasa Indonesia!)

       Sementara banyak orang2 besar di dunia adalahpendukung anarkisme , seperti Leo Tolstoy (yang dipengaruhi Yesus), lalu Gandhi mengidolakan Tolstoy, John Lennon, almarhumah  Rachel Corie yang gugur dilindas buldoser zionis.

       Lalu bagaimana dengan marxisme?  Cukup jelas bahwa marxisme adalah cambuk bagi kaum pemodal,yang dengan militansinya menggebrak paham kolot.kekuatan organisasi militan marxist yang didorong dengan ideologi dan komitmen mendorong advokasiyang kuat atas perjuangan kelas seperti dalam universalisme perang melawan fasisme zionisme Israel yang dilakukan PFLP,Baader Meinhof, Faksi Merah Jepang. Juga bagaimana Tito hantam Nazi, atau Mao yang dengan gerilya menghajar kaum penghisap.TIdak jauh-jauh, pada masa PKI lah petani dan buruh kere Indonesia, bisa digalang secara militan menentang borjuis reaksioner, sehingga peristiwa penembakan petani penggrap pada masa itu tidak ada.

        Tetapi sejarah membuktikan,seperti yang Ahmed Shahi Kusuma amati, bahwa di luar itu marxisme dalam bentuk komunismenya sebagai tujuan akhir melahirkan monumen gulag milik Stalin, pembunuhan sistematis oleh rezim ateis yang tidak bebas yaitu Hixha, Pol Pot, banjir darah Madiun dan sebagainya.

        jadi apa yang  membedakan anarkisme  dan marxisme ?. Kalau David Graeber , seorang sosiolog terkemuka pendukung anarkisme bahwa:

       1. Marxisme cenderung menjadi wacana analisa dan teoritikal atas strategi revolusioner

2. maka  Anarkisme menjadi wacana etis tentang praktik revolusi.

     Kalau ini benar maka  jelas bahwa anarkisme malah tidak berhubungan dengan kekerasan (lain dengan citra Suharto, fasis satu ini yang menggambarkan anarkisme dengan bakar2). Setidaknya kalau kita tangkap pesan anarkisme dan marxisme adalah adalah kepedulian pada mereka yang tidak beruntung,bukan karena orang2 miskinitu malas, tapi karena proses pemiskinan yang terus menerus oleh kebijakan negara.

 Marxisme memang tidak selalu berakhir dengan  Gulag atau Hoxha dan Pol Pot serta Madiun, malah menyegarkan seperti  Sutan Syahrir , penganut marxisme yang liberal dan berasal dari tradisi Anarkisme, atau juga Chomsky yang menggabungkan keduanya. tapi omong2 sudahkah kita anarkis sementara kita masih ribut SIM dan KTP ????

Oktober 9, 2009

John Steinbeck:The Grapes Of Wrath

Posted in Anarkisme, Lingkungan dan Pembangunan, Marxist Abis pada 10:33 am oleh kusumahk

             Salah satu karya penulis yang sangat saya kagumi adalah Grapes of Wrath nya John Steinbeck. Di semester ini  selain Dubliners, mahasiswa semester 5 saya anjurkan membaca karya masyhur Steinbeck ini. Mungkin mahasiswa sudah ngalem dengan buku setebal 400 lebih halaman lebih. Ada beberapa poin yang menarik yang perlu digarisbawahi  dalam membaca karya2  Steinbeck. Pertama, Steinbeck adalah seorang humanis yang menekankan bahwa kesulitan2  manusia di muka bumi  adalah suatu keniscayaan. Kedua, selain kritikannya yang tajam terhadap kapitalisme, alienasi relasi manusia, dan sejenisnya tetapi Steinbeck sendiri tidak ingin menjadikan pemikirannya  sebagai   kebeneran mruni yang harus ditegakkan dengan alat pukul dan inkuisisi. Hal ini jelas berbeda dengan pemikir2 komunis yang bergabung dengan pemikiran realisme sosialis ( socialist realism) lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Socialist_Realism  yang menekankan  bahwa karya sastra dan seni lainnya harus mewakili perjuangan kelas dan karya2  itu harus menjaga penjaga gawang melawan ideologi borjuis, yang dengan itu ideologi borjuis harus dibasmi, dan itu juga yang diikuti oleh Pramudya Ananta Toer dan Lekranya. Demi pemurnian ideologi, Pramudya, Bakri Siregar dsb menggempur kaum liberal, kiri mapun kanan sebagai kaum plintat plintut.  Ahmed Shahi Kusuma melihat bahwa  Steinbeck tidak memiliki hasrat pemukul paksa sepertu itu. Baginya menyampaian kesulitan hidup manusia dan dialektikanya, seperti terkena gempa, kerusakan alam, PHK, pengangguran , dsb adalah sebagai nilai pengusik bagi kaum kapitalis yang hanya mengedepankan untung.

 Grapes  of Wrath bercerita tentang   Amerika Serikat tahun 1930an yang mengalami depresi ekonomi. Para petani kecil seperti keluarga  Joad meiliki problem ketiadaan lahan,jagung dan tanpa uang. Mereka mendengar bahwa California adalah tempat yang menjanjikan. Di sana para petani memerlukan buruh pemetik hasil panen. Petani dari Oklahoma itu datang ke negeri tempat para petani juga stress karena melimpahnya buah sementara para petani tidak mampu menjualnya, akeran takut harga rendah, sehingga hasil panen harus dibuang. Petani membakar kopi dan jagung. Sejuta orang lapar.  Salah satu tokoh yang menarik dalam cerita ini adalah Casy, seorang pendeta yang kehilangan iman dalam penderitaan ini.

Agustus 26, 2009

Ateis

Posted in agama, Agama Pembebas, Anarkisme, Uncategorized pada 2:32 am oleh kusumahk

Salah satu pemikiran yang sangat ditabukan di negara kita adalah ateisme, maka orang ateis pun dianggap sebagai  orang yang perlu dipertobatkan. Ateisme dikenal sebagai ajaran yang menidakkan eksistensi Tuhan. Nah mungkin karena konsepsi Pancasila sila yang berketuhanan yang Maha Esa itu maka ateisme atau bahkan agnostik dipandang melawan ideologi negara.

  Jika ya, yaitu bahwa setiap isme yang tidak berprinsip berketuhanan yang Maha Esa harus dilenyapkan di Indonesia, bagaimana pula dengan ajaran BUdha Teheravada yangh agnostik terhadap Tuhan di tanah air, apakah bertentangan dengan  Pancasila ? Ahmed Shahi Kusuma jelas tidak menyetujui ajaran pelarangan ini karena dasar – dasar negara kita juga menghargai  pluralisme.

     Ateisme menjadi sebuah problem sejak dari jaman bahuela. Socrates adalah orang yang harus mati syahid ( ateis kok mati said) karena mengajarkan ateisme , tetapi benarkah ia mengajarkan ateisme ? hanya orang yang berpengetahuan dangkal yang percaya hal itu.  Socrates justru menghidupkan daya nalar kritis bahwa orang2 Yunani umumnya bukan menyembah Tuhan yang benar. Orang Yunani umumnya menurut Socrates menyembah tuhan yang bertingkah laku tidak pantas dalam posisinya sebagai Tuhan, semisal menggoda istri orang, menyetujui dan terlibat mabuk- mabukkan, memonopoli kebenaran sampai menghukum dewa Promotheus yang humanis.

   Kalau kita ingat tuduhan resmi atas Socrates adalah mengganggu dan meracuni masyarakat karena terutama jaran ateismenya. Tidakkah saya (Ahmed Shahi Kusuma), anda , kita semua ingat bagaimana nabi Muhammad juga dicurigai sebagai orang gila yang sesat karena mengkhotbahkan bahwa Lata, Hubal, dan Uzzah bukanlah tuhan yang benar. Buykankah formulasi dasar keislaman dimulai dengan proses penegasian ketuhanan,” Laa  Ilaa ha -illa- Allah”? tiada ketuhanan selain Tuhan itu sendiri, there is no deity but God Himself ???? Orang kafir Quraisy pasti berpikir bahwa Muhammad mengajarkan “laa Diniyah” ( sebuah konsep yang sekarang dianggap sebagai sekuler dalam bahasa Arab) !

       KIta bisa tengok pula bagaimana   Yesus adalah sesat karena melanggar tabu bagi kaum saleh Yahudi ( Yesus anti semit???). Dengan ajaran humanismenya ia menyebut, bukan Manuisa untuk hari Sabat , tapi Sabat untuk manusia ????

       Ateisme sebagai ide bisa salah bisa benar, sebagai kaum beragama bisa berdebat tentang keabsahan proses eskatologis tertentu yang mana yang benar, dan ateisme sebagai mana ide apapaun bisa menyegarkan bisa pula merusakkan kehidupan manusia secara spiritual maupun material. Stalin adalah ateis, tetapi Bertrand Russel dan John Lennon juga. Bunda Theresa percaya Tuhan , tentu pemahamannya berbeda dengan Pat Roberstson, Mohammad Roem muslim, tetapi Maruto juga muslim.

        Romo Steenbrink yang saya kagumi percaya bahwa seseorang tidak akan bisa menjadi ateis karena membaca buku Jean Paul Sartre tapi kalo gereja berfatwa  bahwa KB haram itu bisa jadi masalah.Akhirnya kita merasakan hadirnya TUhan dalam diskon barang- barang lebaran dengan iklan -iklan yang dibungkus baju koko dan jilbab atau di siang hari ketika di kantor kita tidak melakukan korupsi. Bonhoeffer berkata,” Etsi Deus Non Daretur”, hiduplah seakan – akan tanpa Tuhan, dan itu bukan ateisme. ia serahkan nyawanya untuk iman yang ia percayai. Tuhan tidak terletak di jubah- jubah relijius, iman terletak di amalan kita sehari – hari….

     Mubarak  Ramadhan kareem !!!

Juli 6, 2009

Dietrich Bonhoeffer

Posted in agama, Agama Pembebas, Anarkisme pada 8:27 am oleh kusumahk

Dietrich Bonhoeffer adalah salah seorang sarjana teologia Lutheran yang sangat terkemuka , yang mempengaruhi Ahmed Shahi Kusuma dalam melihat sifat religiusitas. Di Jerman kehidupannya telah difilmkan, dan karya – karyanya telah menjadi abadi bagi perjuangang keadilan dan kemanusiaan berdasarkan keluhuran ketuhanan dan kemanusiaan. Ahmed Shahi Kusuma mengenal nama ini dari seorang Romo Belanda Karel Steenbrink , seorang romo yang dedikasinya kepada nilai pluralisme dan kesungguhan untuk memahami kebajikan agama- agama di muka bumi ini tidak perlu diragukan lagi.

Pernah menonton film Valkyrie nya Tom Cruise ? Di film ini kalau anda ingat ada kejadian saat Hitler berkunjung ke Smolenk, Soviet, dan beberapa jendral wehrmacht terlibat dalam percobaan kup itu, maka pendeta Bonhoeffer tertangkap tidak lama setelah itu. Apakah ia terlibat ???

Ahmed Shahi Kusuma tidak perlu berspekulasi, tapi yang pasti pernyataan2  keras Bonhoeffer terhadap rezim fasis seperti Nazi, jelas membuatnya mudah dituduh murtad, bughat atau subversif. Ucapannya tentang perlunya berkata tidak terhadap rezim Nazi, dan analoginya tentang perlunya menolong orang yang kecelakaan di jalan dan kita tidak boleh cuma menonton kecelakaan itu tanpa berbuat sesuatu sungguh menarik. Manusia relijius bukanlah orang yang memonopoli Tuhan dalam pelukan puji2an hampa tak bergaung di sekeliling kita, tapi terlibat dan merasakan kehidupan Yesus yang otentik dalam kenyataan kerasnya hidup.

Coba tengok kata2nya tentang Yesus dalam konstruksi borjuis,” Orang2 buruh pabrik tidak bisa menjiwai Yesus yang telah bangkit dan bertahta (itu terlau jauh!-Ahmed SK), tapi para buruh akan merasakan Yesus yang hidup dalam kesulitan manusiawi yang hidup di tengah masyarakat.” Tema ini tetap melekat dalam masyarakat  proletar progresif yang merindukan keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual.

Bonhoeffer adalah orang yang praksis. Ia menganut paham tafsiran alkitab yang liberal. Ia tidak peduli tentang kebenaran kisah Adam, kemurnian tekstual Injil dsb, karena baginya itu adalah ide, tetapi yang penting adalah bagaimana kehidupan Yesus ( jalan penderitaan dan siap berkorbannya) dikonkritkan dalam kehidupan sehari – hari  ( bandingkan hal ini dengan pandangan eksistensialisme, model Sartre atau Marcel). Karena beratnya perjuangan “menjadi” Yesus ini, Bonhoeffer merasa bahwa, banyak pembajak Kristianitas pada masa Nazi, yang memberkati tentara Nazi dengan tulisan Gott mit uns untuk membantai komunis “ateis” Soviet. Bonhoeffer sampai berseru, “kita butuh  a religionless christianity”, dan yang aneh sang pendeta ini berseru,” Hiduplah seakan – akan tanpa Tuhan”. Kenapa ???

Religiusitas telah tereduksi   menjadi organisasi/ lembaga dan alat pengeksploitasi. Kebajikan ketuhanan telah diganti menjadi kebajikan menurut organisasi agama2. Dan Bonhoeffer yang liberal dan saleh, bukankah sebuah nilai yang universal ???

Maret 11, 2009

Produk Melamin Dalam Makanan : Mitos dan Realitas

Posted in Anarkisme, Lingkungan dan Pembangunan, Marxist Abis pada 12:48 am oleh kusumahk

                                                 

 Negara kita terus dihebohkan lagi dengan produk yang tidak sehat bagi masyarakat. Setelah beberapa tahun lalu dihebohkan dengan penggunaan formalin (yang digunakan untuk mengawetkan mayat) dan sekarang mungkin terus dipakai  senyampang lemahnya pengawasan aparat yang sibuk menunggu gajian tanggal satu setelah libur panjang, maka masyarakat terkaget-kaget dengan pengunaan melamin dalam produk makanan kita.

        Melamin adalah seuatu senyawa basa organik. Ia merupakan metabolit sejenis pestisida. Melamin dalam industri modern , karne sifatnya yang mudah dibentuk itu, digunakan untuk membuat perkakas dapur, seperti panci dan sebagainya.Nah karena sifatnya yang tampak memadat kenyal itu para pengusaha suka mencampurkan ke dalam produk susu ( baca: anak2, siapa sih yang gak sayang anak ?) sehingga kepadatan itu tampak menimbulkan kesan produk itu berprotein tinggi. Itu semua terjadi karena selama proses pembuatan produk susu mengakibatkan penurunan kandungan protein.Di China sendiri tempak asal penggunaan produk ini 4 anak2 sudah meninggal sementara belasan ribu lainnya harus ngandang di rumah sakit. Sebelum digunakan ke produk susu dan biskuit , pengusaha2 gila itu juga memasukkan melamin ke dalam makanan untuk anjing dan kucing yang berakibat ratusan ekor di antaranya tewas. Kenapa, jelas sebagai bagian dari pestisida yang tidak cocok untuk kita konsumsi, melamin menghancurkan ginjal ( di satu sisi formalin yang digunakan pengusaha kita atau pewarna tekstil juga sama jahatnya). Cina yang masih mengklaim negara komunis kemudian menghukum mati para pelaku kejahatan ini, tanpa debat kusir pengacara model liberal karena jelas ada pemihakan pada korban manusia.

          Celakanya lagi ketika ibu-ibu bingung menentukan produk susu apa yang mengandung melamin, maka bak main judi, sang ibu hanya bisa berdoa mengambil peruntungannya. Ada asumsi kalau produk itu mahal dan terkenal, apalagi impor berarti berkualitas maka akan pasti akan daripada yang produk ecek-ecek. Terbukti kemudian pandangan itu keliru. Produk- produk yang diduga mengandung melamin ternyata justru produk2 yang punya nama. Gejala ini oleh Karl Marx disebut sebagai fetisme komoditas, yaitu suatu pemujaan terhadap sebuah produk bukan karena kualitas akan tetapi karena nama. Di sini terjadi sebuah hiperrealitas tentang merek2 yang seolah menjadi penentu dari kualitas sebuah produk, yang justru menggusur produk2 yang sebenarnya berkualitas tapi kalah modal.

       Yang lucu adalah BPPOM yang pasang badan melindungi produsen2 itu denga alasan peralatan standar WHo ( oui…lihat argummentasi ad hominem yang dipakai), denga pandangan kadar toleransi tertentu. Sedikit atau banyak potas ,atau pestisida tubuh kita tetap membunuh laksana racun tikus di rumah kita, bung !  Marx dengan benar menyebut orang -orang seperti ini sebagai komprador yang melayani kepentingan pemodal. Eh, Marx kamu keliru nanti akan dibuktikan lagi di pengadilan dengan sidang, sidang en sidang…sementara serombongan anak 2 cacat bangsa ini terus akan diprodksi demi fulus pemodal dan birokrat !

Maret 5, 2009

Sutan Syahrir : 100 tahun Kini

Posted in Anarkisme, Marxist Abis pada 3:22 am oleh kusumahk

        Salah satu tokoh pergerakan kebangsaan kita yang kurang dikenal masyarakat luas ini genap berusia 100 tahun jika beliau  masih hidup. Ahmed Shahi Kusuma berpikir bahwa keterkurangan pamor Syahrir bagi bangsa ini jelas karena pengaruh rezim fasis Suharto karena beberapa hal. Pertama, Suharto menyukai mitos kepahlawanan bersenjata ( baca : tentara yang mendirikan republik ini ), maka pemikir dan pemain biola macam Syahrir bukan pahlawan. Kedua, ide- ide Syahrir yang berdasarkan pada Marxisme dan Sosial Demokrat  serta anarkisme itu adalah musuh rezim Suharto yang beraliran kanan fasis, maka setiap ide kiri bahkan semacam Syahrir itu pun harus dibasmi. Ketiga, ide2 Syahrir yang menggoda para intelektual untuk berkerumun dan berdiskusi dengan gaya liberal jelas mengganggu otoritas sang maha fasis Suharto yang cuma kenal seragam dan satu komando.

        Sesungguhnya apa sih warisan si ” Bung Kancil” buat kita?

Ia seorang yang kecil secara fisik tapi besar secara jiwa. Tidak tampan laksana jendral2 atau Soekarno, dan juga tidak pernah menyembunyikan kekagumannya terhadap model baju barat,dan musik barat, tokh Syahrir memiliki pengagum di kalangan Marxis liberal  Indonesia. YB Mangunwijaya, Romo kita yang nyentrik menulis tentang Syahrir dalam jurnal Prisma tentang  mengapa Syahrir  membela Indonesia ( Hindia),” Simpatiku terhadap perjuangan bumiputra ini jelas,karena posisinya yang underdog. Aku berjuang untuk orang2 ini  karena  sejarah bangsa ini yang terlunta-lunta, tertindas, bangsa ini underdog .”

        Jelas dari sini kita lihat, Syahrir adalah anak durjana dari peradaban Mackaulay ( barat). Dididik barat, menikmati makanan, musik,pakaian dan beratus-ratus karya sastra barat di kopernya, Syahrir menyerang balik penjajahan Belanda di tanah air orang miskin ini.Seakan- akan Syahrir berkata,” OK, anda mengajari saya revolusi Prancis, narkisme, Marxisme, Sosial Demokrat, dan demokrasi Yunani, nah sekarang praktekkan apa yang anda ajarkan..!”  Jelaslah imperialis Barat sewot sama si kecil berbaju bule ini. Syahrir dan Hatta dan semua orang Marxis lainnya dibuang ke Digul. Orang semacam Syahrir ini bukan orang yang tahu berterimakasih bagi Belanda yang beradab.

          Di saat para penentang Belanda karena dasar nasionalisme semacam Sukarno, KH Mas Mansyur menerima kedatangan Jepang dan semua institusi BPUPKI serta PPKInya, maka tokoh2 marxis Indonesia,entah itu dari kelompok Syahrir maupun komunis Amir Syarifudin menentang  Jepang fasis. Seakan sudah meramalkan kejahatn fasis Jepang yang sama buruknya dengan imperialisme Belanda, para Marxis Indonesia dengan gigih tetap menentang Jepang. Jepang tidak ragu untuk mengancam hukuman mati bagi pra Marxis anti  penghisapan manusia itu. Beruntung juga jepang segera menyerah, dan Sukarno ada di lembaga jepang sehingga tokoh Marxis lepas dari hukuman mati.

        Di masa revolusi jelas sudah, para Marxis terpecah menjadi marxis internasionalis kolot yang berinduk pada Amir Syarifudin, Setiajit,Muso cs yang berakhir di Madiun, yang menyeruduk semuanya. Pengikut Marxis nasionalis Tan Malaka yaitu Sukarni,Adam Malik,Pandu Kartawiguna dan juga pendukung Syahrir pun diserang. Ide Syahrir yang menyatakan bahwa sosialisme adalah kemakmuran bagi semua orang, bertentangan dengan para marxis ortodoks dalam PKI yang menganggap bahwa sosialisme berarti kemakmuran bagi proletar semata. Akhirnya PSI nya Syahrir digambarkan sebagai para marxis dansa- dansi, berdiskusi berat berjam -jam tanpa solusi praktis ( hanya Stalin yang bisa konkrit dengan Gulagnya atau Israel dengan pembantaian Gazanya), para intelektual yang ber onani dengan pongah sementara rakyat kelaparan. Sebentar bung, kemudian bukankah memang intelektualisme bukan produk instan berpikir tanpa tradisi , yang hanya mengulang bangun bangunan kristal yang rapuh, sehingga ide direduksi menjadi slogan gagah kosong berdarah darah ???? Bukankah tanpa merenung dalam hanya akan menjadi simplifikasi kaum bigot ? Dan itu yang dipahat oleh  Stalin,George Bush, Zionisme, ide Pakistanisme, Kahanisme, dsbnya ? Setidaknya Syahrir sudah mendahului Sartre dalam kekagumannya terhadap Soviet, lalu muak karena Stalin. Syahrir sudah ada sebelum Sartre, Habermas, Rodinson, Tariq Ali,Chomsky mengkritik Marxsme satu khilafah !

        Di sini rupanya peranan Syahrir dan gengnya. Ideologi apapun punya dua sisi, satu bau anyir darah dan satu segar mengalir bagi semua orang. Coba kita hindari cara berpikir dua sisi Suharto yang fasis kolot yang menyamaratakan semua marxis dengan lubang buaya,dan para marxis ortodoks yang menganggap Syahrir dan PSI nya sebagai Marxisme Salon ( dalam bahasa Pramudya yang anti Syahrir)!

Laman berikutnya